Minggu, 24 April 2011

berpedoman kepada MARTTI AHTISAARI sang penyatu bangsa Indonesia



Penerima nobel yang akan dikisahkan kali ini adalah Martti Ahtisaari, dinilai tepat setelah kiprahnya di banyak wilayah konflik. Bekas Guru SD ini memang tak tahan melihat keributan.
Nama lengkapnya Martti Oiva Kalevi Ahtisaari. Lahir di Viipuri, Finlandia , pada 23 Juni 1937. Ayahnya, Oiva, asli Nowergia dengan nama keluarga Adolfsen. Pada 1929 ia pindah ke Finlandia, dan tahun 1937 mengganti nama belakangnya menjadi Ahtisaari yang khas Finlandia. Saat pecah Continuation War, perang "pinggiran PD II" antara Finlandia dan Uni Soviet (1941-1944), Oiva maju ke front sebagai ahli mesin peralatan perang Angkatan Darat.
Karena bahaya perang, Tyyne, istri Oiva alias ibu Martti, membawa Martti pindah ke Kuopio. Di kota kecil ini Martti masuk sekolah dasar Kuopion Lyseo dan menghabiskan masa kecilnya.
Tahun 1952 Oiva membawa keluarganya pindah ke Oulu untuk mencari pekerjaan. Di kota itu Martti tumbuh menjadi remaja yang aktif di organisasi pemuda Kristwn YMCA.
Martti juga kena wajib militer. Bahkan setelah program Wamil ia meneruskan karier ketentaraan.
Ketika masih di militer, bayangan untuk menjadi guru, cita-citanya sejak lama, sering muncul. Martti pun mendaftar ke sekolah calon guru di Oulu, dan ia menjalani kuliah jarak jauh. Dua tahun kemudian, 1959, ia lulus. Martti Ahtisaari menjadi guru SD. Sebagai guru ia tak ingin jadi guru yang biasa-biasa saja. Ia ingin menjadi guru berprestasi dan berwawasan. Ia pergi ke Karachi, Pakistan, untuk memimpin pendirian pusat pelatihan calon guru olahraga bagi sekolah-sekolah yang dikelola YMCA. Martti tak hanya mengurusi pemondokan peserta, ia juga mengajar para calon guru. Bagi Martti, pengalaman di Pakistan telah membuka wawasannya tentang lingkungan dan pergaulan internasional. Pekerjaan mengajar pun dirasanya cocok.
Tahun 1963 ia kembali ke Finlandia. Tidak pulang ke kota asalnya, tapi ke Helsinki. Tetap mengajar disekolah, meski ia juga menambah wawasan dengan masuk ke Helsinki Polytechnic. Di ibukota, ia aktif di LSM yang membantu negara-negara berkembang, juga bergabung dengan organisasi pelajar/mahasiswa internasional (AIESEC).
Tapi keasyikan dalam pergaulan internasional menyebabkan pekerjaan sebagai guru terlantar. Lama-lama ia bahkan tak bisa tekun meneruskan karier mengajar. Pergaulan internasional, khususnya diplomasi makin menarik hati Martti. Maka pada 1965 ia melamar ke Departemen Luar Negeri Finlandia. Ia ditempatkan di Biro Bantuan Pembangunan Internasional, bagian yang beberapa tahun kemudian ia pimpin.
Di Deplu pula Martti bertemu dengan Eeva Irmeli Hyvarinen, gadis yang usianya lebih tua. Pada 1968 keduanya menikah, kemudian memiliki anak tunggal, Marko Ahtisaari, yang kini dikenal sebagai produser musik dan musisi terkenal.
Tugas di Departemen Luar Negeri mengantarkannya pada posisi wakil pemerintah Finlandia di PBB (1977-1981). Bahkan di masa-masa kemudian, sekalipun tidak lagi menjadi wakil negaranya, ia terpilih menjadi staf Sekjen PBB. Ia memimpin misi transisi bagi kemerdekaan Namibia dari kekuasaan Afrika Selatan.
Karena perannya yang cukup besar, banyak pihak di Afrika Selatan yang benci padanya. Civil Cooperation Bureau ( lembaga intelijen Afrika Selatan ) belakangan membuka cerita, Ahtisaari pernah menjadi target penculikan. Tidak untuk dibunuh tapi "diamankan" agar proses pelepasan Namibia dari Afrika Selatan gagal. Tapi sejarah telah terjadi, Namibia merdeka.
Tahun 1993 ia dicalonkan Partai Sosial Demokrat untuk jabatan Presiden Finlandia. Ia kemudian menang dan terpilih menjadi Presiden.
Tapi "naluri" diplomatiknya tetap tinggi, ia dianggap terlalu ikut campur kebijakan luar negeri Perdana Menteri Asko Acho. Langkah pertama yang dilakukannya adalah mengawal referendum yang menghasilkan 56% rakyat Finlandia setuju bergabung dengan Uni Eropa.
Pada 1998 ia menganugerahkan medali kehormatan kepada Menteri Kehutanan RI dan sebuah perusahaan raksasa kelapa sawit Indonesia. Langkah itu berbuntut dengan kecaman, baik dari masyarakat Finlandia maupun LSM. Indonesia dinilai banyak melakukan pelanggaran HAM, dan perkebunan kelapa sawit adalah kontributor terbesar perusakan hutan Indonesia.
Menghadapi tantangan yang makin kuat di dalam negeri, Ahtisaari tak mencalonkan diri lagi pada Pilpres tahun 2000. Sejak itu konstitusi Finlandia berubah, tak lagi memberi kekuasaan terlalu besar pada Presiden.
Crisis Management Initiative (CMI), lembaga independen yang bergerak dalam resolusi konflik di seluruh dunia, dia dirikan selepas dari jabatan Presiden. Kiprah pertama adalah mengiringi proses perdamaian di Irlandia (2000-2001). Tahun 2003, sesaat setelah bom meledak di Baghdad, Irak, ia memimpin misi PBB untuk menyelidiki.




Pada 2005 Ahtisaari menjadi tuan rumah proses perdamaian antara pemerintah RI dengan GAM. Pemerintah RI diwakili Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaluddin dan GAM diwakili PM Malik Mahmud. Niat baik kedua pihak yang semula ditangkap Wakil Presiden Jusuf Kalla, diteruskan ke CMI untuk ditindaklanjuti.
Ketika ide perdamaian baru digulirkan, Ahtisaari sudah mengambil posisi teguh bahwa perdamaian harus ditegakkan. Ia mempelajari riwayat perselisihan senjata antara pemerintah RI dengan GAM, dan menilai bahwa konflik 30 tahun itu harus dihentikan.
"Saya menjadi penengah. Saya mencoba melihat segala kemungkinan jalan kompromi. Walaupun hati saya menghendaki keutuhan negara RI, tapi itu tidak saya cetuskan. Saya bersikap seperti kertas polos naif," kata Ahtisaari.
Akhirnya sejarah mencatat kesepakatan damai antara RI dengan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005. Sejak itu tak ada lagi konflik di Aceh, dan semua pihak sepakat untuk mewujudkan perdamaian permanen.
Ahtisaari tak menghentikan langkahnya di sana. Ia pun mengalihkan perhatian ke Kosovo. 



Tanggal 10 Desember , di Oslo City Hall, Norwegia, Martti Ahtisaari menerima Anugerah Nobel Perdamain 2008. Berupa sebuah medali, sebuah diploma pribadi, dan uang 10 juta kronor Swedia ( setara AS $ 1,4 juta alias 15 miliar kurs November 2008 ).


 Saya pribadi sangat tertarik pada seorang Martti Ahtisaari yang mau mengabdikan dirinya untuk sesama walaupun orang yang dibantunya berasal dari negara lain. Dan pada kali ini, contoh jasanya ada pada negri kita sendiri. Yaitu perselisihan antara Indonesia dengan GAM. Negri kitapun mengalami kesulitan dalam mendamaikan kedua kubu tersebut, namun berkat jasanya GAM akhirnya mau melunak sehingga perdamaianpun didapatkan. Padahal Atas usahanya mendamaikan negri kita, seorang Martti mendapat kecaman dari negara asalnya, namun dia tetap memilih jalan pilihannya untuk mendamaikan Indonesia dengan GAM.

Banyak teladan yang dapat kita ambil dari Martti Ahtasaari, yaitu sifat yang tertanam dalam hatinya sejak kecil " Tak Tahan Melihat Keributan ". Sehingga segala sesuatu akan dia lakukan demi terjadinya sebuah perdamaian. Pengabdiannya untuk sesama bahkan dari negara lain agar selalu damai dapat kita gunakan sebagai contoh dalam kehidupan kita kelak. Martti bukan hanya sekedar guru dan peraih nobel, namun dia adalah pribadi yang penuh kedamaian dalam hidupnya yang patutnya kita pegang sebagai panutan dalam hidup sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar